Senin, 23 Februari 2015

Medical Share: Atonia Uteri

Lebih dari 125.000 ibu meninggal tiap tahunnya, penyebab terbanyak adalah karena perdarahan post partum. Insidensi terbesar adalah di daerah Asia (48%) dan Afrika (47,5%), sisanya tersebar di negara-negara berkembang. Atonia uteri teridentifikasi sebagai penyebab utama perdarahan post partum (sekitar 90%).

Perdarahan post partum terdefenisiskan sebagai kehilangan darah 500ml atau lebih dari jalan lahir dalam 24 jam pertama persalinan persalinan. Namun pada kondisi di klinis, pengukuran jumlah darah yang akurat pada persalinan per vaginam sulit dilakukan, biasanya hanya estimasi, jika darah banyak sekali, misal sampai mengganti underpad karena penuh darah, dianggap jumlah perdarahan lebih dari 500ml. Pada persalinan dengan sectio caesarian, perdarahan lebih mudah diukur karena menggunakan suction catheter yang terhubung dengan tabung ukur.

Atonia uteri didefenisikan sebagai kegagalan myometrium berkontraksi dan retraksi setelah persalinan. Kontraksi uterus yang kuat dan efektif sangat penting untuk mengentikan perdarahan. Pada kondisi atonia, uterus terasa lembek disertai perdarahan yang keluar dari jalan lahir. Biasanya dengan pemberian uterotonik segera dapat menghentikan perdarahan. Namun demikian, jika kontraksi uterus sudah baik namun masih ada perdarahan yang keluar, harus dilakukan eksplorasi manual untuk memastikan adanya kausa lain perdarahan seperti retensi sisa placenta atau ruptur jalan lahir.

Faktor resiko atonia uteri ada beberapa macam, diantaranya:
* ·Faktor terkait over-distensi uterus: multigravida, polihidramnion, janin makrosomia
  Faktor persalinan: Induksi pesalinan, stimulasi persalinan, persalinan prolonged, pelepasan manual placenta, pemakaian oxytocin tidak rasional.
 Pemakaian relaksan: sedasi anesthesi, magnesium sulfat
*  Faktor intrinsik: riwayat perdarahan post partum, perdarahan antepartum, obesitas, usia > 35 tahun.

Terapi:
  1. Massage uteri
  2. Pemberian uterotonika : drip oxytocin 10IU/500ccRL, injeksi methyl-ergometri 1 ampul (kecuali jika tekanan darah postpartum ibu tinggi)- dapat diulang 4 jam kemudian, misoprostol 600µg per oral atau per rectal
  3. Kompresi bimanual
  4. Tampon uterovaginal
  5. Operatif: ligasi a.uterina atau a.hipogastrica, atau histerektomi.

Jika placenta belum lepas, tidak boleh dilepas paksa dalam kondisi uterus yang atoni.

0 komentar:

Posting Komentar